MANFAAT SIRSAK SEBAGAI OBAT HERBAL
Sirsak buah yang bernama latin Annona Muricata, di kenal juga dengan nama nangka sabrang, nangka londo, nangka buris, dan di Bali lebih dikenali sebagai srikaya Jawa. Di LN dikenal juga dengan nama Soursop. Selain lezat, buah ini juga kaya kandungan obat.
Khasiat dari buah sirsak ini memberikan effek anti tumor/kanker yang sangat kuat,dan terbukti secara medis menyembuhkan segala jenis kanker.Selain menyembuhkan kanker, buah sirsak juga berfungsi sebagai anti bakteri,anti jamur(fungi),effektive melawan berbagai jenis parasit/cacing, menurunkan tekanan darah tinggi, depresi, stress, dan menormalkan kembali sistim syaraf yang kurang baik.
Rasanya yang manis keasaman itu memberikan sensasi tersendiri bagi para penggemarnya. Bagi yang senang sarapan dengan roti, buah sirsak juga sering ditambahkan dalam bentuk selai. Apapun bentuk olahannya, cita rasa sirsak tetap melekat kuat pada produk, sehingga sangat mudah dikenali.
Awal thn 90-an ditemukan semacam ‘jamu herbal’ dari suku-suku (tribes) di Amazon yg dpt menyembuhkan bbrp penyakit penting termasuk kanker. Stlh diteliti oleh para ahli farmasi dari AS, ternyata ramuan tsb berasal dari daun pohon Graviola. Daun tsb mengandung zat anti-kanker yg disebut Annonaceous Acetogenin, yg dapat membunuh sel-sel kanker tanpa mengganggu sel-sel sehat dalam tubuh manusia.
Industri farmasi tsb mencoba mematenkan temuan’ ini, namun gagal krn bahan aktifnya murni berasal dari tumbuhan di alam, yg artinya milik masyarakat umum.
Ironisnya, hasil penelitian ini kemudian ‘dikubur’, karena dikhawatir-kan dapat merugikan industri ‘chemotherapy’ yg pada saat itu merupakan alternatif terbaik utk mengatasi penyakit kanker. Akibatnya sebuah obat anti-kanker yg sangat potensial dan murah menghilang utk bbrp tahun sampai pada awal tahun 2000-an, salah seorang anggota tim peneliti farmasi tsb membocorkan rahasia tsb utk membantu famili dekatnya yg terserang kanker.
Anggota famili tsb sembuh dan menjadi bahan pembicaraan dokter-dokter yg merawatnya. Info ini kemudian tersebar luas dan diteliti ulang oleh para ahli farmasi/ kedokteran dari Korea dan Jepang. Hasilnya menakjubkan! Kini delapan jenis kanker sudah dapat diobati dengan daun Graviola ini.
Lalu tanaman apakah Graviola itu? Ternyata tanaman asli Amazon itu mempunyai nama Latin Annona muricata, yg dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai SIRSAK !!! Waah..!? Pohon sirsak kan ada di-mana2?? Yaa…itulah, ternyata obat kanker yg murah dan mujarab tersedia secara gratis di pekarangan kita dan ironisnya tidak banyak orang yg tahu. Masalahnya adalah bhw pengobatan dgn daun sirsak ini belum tuntas diteliti secara ilmiah, shg banyak orang farmasi/ kedokteran yg belum mengakui khasiatnya.
Dgn perkataan lain, masih merupakan pengobatan alternatif. Pasien yg berduit lebih memilih pengobatan kemoterapi utk mengatasi penyakit kankernya, krn konon ‘lebih ilmiah’ (walaupun sangat sakit dan menderita) dan mereka mampu membayar mahal. Tapi bagi rakyat kecil yg tidak mampu membayar pengobatan yg mahal, kini ada alternatif pengobatan yg ‘tidak ada ruginya dicoba’, selain murah, juga mudah didapat.
Berikut rangkuman kegunaan sirsak :
Sirsak mempunyai manfaat yang sangat besar dalam pencegahan dan penyembuhan penyakit kanker. Untuk pencegahan, disarankan makan atau minum jus buah sirsak.
Untuk penyembuhan, bisa dengan merebus 10 buah daun sirsak
yang sudah tua (warna hijau tua) ke dalam 3 gelas air dan
direbus terus hingga menguap dan air tinggal 1 gelas saja.
Air yang tinggal 1 gelas dimimumkan ke penderita setiap
hari 2 kali.
Setelah minum, efeknya katanya badan terasa panas, mirip
dengan efek kemoterapi. Dalam waktu 2 minggu, hasilnya bisa dicek ke dokter,katanya cukup berkasiat.
Daun sirsak ini katanya sifatnya seperti kemoterapi, bahkan
lebih hebat lagi karena daun sirsak hanya membunuh sel sel
yang tumbuh abnormal dan membiarkan sel sel yang tumbuh
normal. Sedangkan kemoterapi masih ada efek membunuh juga
sebagian sel sel yang normal. http://forum.vibizportal.com
2. Khasiat dan manfaat untuk pengobatan lainnya:
* Ambeien.
Buah sirsak yang sudah masak. Peras untuk diambil airnya sebanyak 1 gelas, diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
* Sakit Kandung Air Seni.
Buah sirsak setengah masak, gula dan garam secukupnya. Semua bahan tersebut dimasak dibuat kolak. Dimakan biasa, dan dilakukan secara rutin setiap hari selama 1 minggu berturut-turut.
* Bayi Mencret.
Buah-sirsak yang sudah masak. Buah sirsak diperas dan disaring untuk diambil airnya, diminumkan pada bayi yang mencret sebanyak 2-3 sendok makan.
* Anyang-anyangen.
Sirsak setengah masak dan gula pasir secukupnya. Sirsak dikupas dan direbus dengan gula bersama-sama dengan air sebanyak 2 gelas, disaring dan diminum.
* Sakit Pinggang.
20 lembar daun sirsak, direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal3 gelas, diminum 1 kali sehari 3/4 gelas.
*Bisul.
Daun sirsak yang masih muda secukupnya, tempelkan di tempat yang terkena bisul.
sumber: sini (http://sudarjanto.multiply.com/journal/item/6695)
meliyanaroslilife.blogspot.com
agroteknologi_himagrotek
Minggu, 22 Mei 2011
HUTAN SEBAGAI SUMBER TUMBUHAN OBAT
HUTAN SEBAGAI SUMBER TUMBUHAN OBAT
Sebagai Bangsa Indonesia, kita mestinya bersyukur karena dikaruniai ribuan pulau dan laut yang luas tempat hidup dan berkembangnya beranekaragam jenis flora dan fauna yang menjadi penyedia berbagai bahan pangan dan kebutuhan dasar manusia. Meskipun hanya menempati 1,3% daratan dunia namun di dalamnya terdapat sekitar 17% spesies yang ada di bumi. Hutan Indonesia ditumbuhi 11% spesies tanaman, dihuni 12% mamalia, 15% reptil dan amfibi dan 17% burung. Hutan-hutan tersebut juga memberikan banyak macam produk seperti kayu, buah, sayuran, kacang-kacangan, rempah-rempah, obat-obatan, parfum, minyak, biji-bijian, makanan ternak, serat, bahan pewarna, bahan pengawet dan pestisida. Lebih dari 6.000 spesies tanaman dan hewan digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia merupakan salah satu di antara tiga negara mega-biodiversity di dunia yang memiliki berbagi spesies tanaman pangan dan obat tradisional. Ada lebih 100 spesies tanaman biji-bijian, sagu dan umbi-umbian penghasil tepung dan gula. Juga lebih dari 100 spesies tanaman kacang-kacangan sebagai sumber protein dan lemak. 450 spesies tanaman buah-buahan sumber vitamin dan mineral. Tersedia lebih dari 250 spesies tanaman sayur-sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral. 70 spesies tanaman bumbu dan rempah-rempah. Juga 40 spesies tanaman bahan minuman dan 940 spesies tanaman bahan obat tradisional.
Hutan tropis yang sangat luas beserta keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya merupakan sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Indonesia juga dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat (herbal) sehingga mendapat julukan live laboratory.
Kita boleh berbangga dengan kekayaan herbal yang tidak dimiliki oleh negara lain. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tumbuhan obat yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain. Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah mematenkan sekitar 40 senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia (Suara Pembaruan, 26 Maret 2005). Bahkan beberapa obat-obatan yang bahan bakunya dapat ditemukan di Indonesia telah dipatenkan dan diproduksi secara besar-besaran di negara lain sehingga memberi keuntungan yang besar bagi negara tersebut.
Sebuah survei terhadap 150 jenis obat beresep yang umum digunakan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 57 persen mengandung sedikitnya satu senyawa aktif yang didapat dari alam. Sebagian besar di antaranya didapat dari hutan tropis, antara lain adalah senyawa kontrasepsi, pengendur otot, senyawa anti bakteri, aprodisiak, dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gagal jantung, malaria, kanker, dan penyakit lainnya.
Penduduk asli di hutan tropis memiliki pengetahuan yang luar biasa tentang tumbuhan obat-obatan, dan di sejumlah besar wilayah penyembuhan tradisional merupakan penyedia jasa pelayanan kesehatan yang utama. Bukti kemampuan pengobatan tradisional makin berkembang, dan tumbuhan obat-obatan dari wilayah tropis kini digunakan di seluruh dunia.
Tabel Tanaman obat yang berpotensi untuk sumber bahan obat modern di Indonesia
No Species tanaman Bagian yang digunakan Indikasi khasiat
1 Benalu teh (Loranthus spp) Tangkai daun Anti kanker
2 Brotowali (Tinospora crispa L.) Tangkai daun Anti malaria, kencing manis
3 Bawang putih (Allium sativum L.) Umbi Anti jamur, penurun lemak darah
4 Ceguk/wudani (Quisqualis indica L.) Biji Obat cacing
5 Delima putih (Punica granatum L.) Kulit buah Anti kuman
6 Dringo (Acorus calamus L.) Umbi Obat penenag
7 Handeuleum/daun wungu (Grapthophyllum pictum Griff.) Daun Wasir atau ambeien
8 Ingu (Ruta graveolens L.) Daun Anti kuman, penurun panas
9 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Rimpang Penghilang nyeri, anti piretik, anti radang
10 Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingk.) Buah Obat batuk
11 Jati belanda (Guazoma ulmifolia Lamk.) Daun Penurun kadar lemak darah
12 Jambu biji/klutuk (Psidium guajava L.) Daun Anti diare
13 Jambu mente (Anacardium occidentale L.) Daun Penghilang nyeri
14 Kunyit (Curcuma domestica Val.) Rimpang Radang hati, radang sendi, anti septik
15 Kejibeling (Strobilanthes crispus Bl.) Daun Obat batu ginjal, pelancar air seni
16 Katuk (Sauropus androgynus Merr.) Daun Pemacu produksi air susu ibu
17 Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) Daun Pelancar air seni
18 Legundi (Vitex trifolia L.) Daun Anti kuman
19 Labu merah (Curcubita moschata Duch) Biji Obat cacing pita
20 Pepaya (Carica papaya L.) Getah, daun, biji Sumber enzim papain, anti malaria, kontrasepsi pria
21 Pegagan/kaki kuda (Centella asiatica Urban) Daun Pelancar air seni, anti kuman, anti tekanan darah tinggi
22 Pala (Myristica fragrans Houff.) Buah Penenang
23 Pare (Momordica charantia L.) Buah, biji Kencing manis, kontrasepsi pria
24 Saga telik (Abrus precatorius L.) Daun Sariawan usus
25 Sembung (Blumea balsamifera D.C.) Daun Penghilang nyeri, penurun panas
26 Sidowayah (Woodfordia floribunda Salisb.) Daun Anti kuman, pelancar air seni
27 Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) Seluruh bagian Anti kuman, obat kencing manis
28 Seledri (Alpium graveolens L.) Seluruh bagian Anti tekanan darah tinggi
29 Sirih (Piper betle L.) Daun Anti kuman
30 Temu lawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.) Rimpang Obat radang hati kronis
31 Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Daun Pelancar air seni, obat penghancur batu ginjal
Tabel Contoh tipe ekosistem hutan dataran rendah dan jenis tanaman obat
Tipe ekosistem hutan Jenis tanaman obat Keterangan
1. Hutan hujan dataran rendah Pasak bumi (Eurycoma longifolia), Akar kuning (Arcangelisia flava), Kamfer (Dryobalanops aromatica), Kepayang (Scaphium macropodum), Tabat barito (Ficus delteidea), Kemiri (Aleurites moluccana) Kedawung (Parkia roxburghii) dan Gaharu (Aqularia malaccensis) < 1000 m dpl; keanekaragaman paling tinggi; beriklim basah; terutama di Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya
2. Hutan pantai Bintangur (Calophyllum inophylum), Keben (Barringtonia asiatica), Waru (Hibiscus tilliaceus) dan Ketapang (Terminalia catappa) Di pantai, tanah kering berbatu dan regosol; di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi
3. Hutan payau (mangrove) Api-api (Avicennia marina), Bogem (Sonneratia ovata) Nyirih agung (Xylocarpus granatum), Bako rayap (Rhizophora apiculata) dan Tumus (Bruguiera conjugata) Di pantai dan tepian sungai; dipengaruhi pasang surut air laut; terutama di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Jawa
Permasalahan pelestarian Tumbuhan Obat Indonesia menurut Zuhud et al. (2001) disebabkan karena:
a) Kerusakan habitat,
b) Punahnya budaya dan pengetahuan tradisional penduduk asli/lokal di dalam atau sekitar hutan,
c) Pemanenan tumbuhan obat yang berlebihan. Adanya eksploitasi terhadap kayu yang sekaligus pohon tersebut yang juga merupakan spesies tumbuhan obat juga merupakan ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obatnya. Sebagian besar areal konsesi hutan yang sudah diusahakan saat ini terdapat di tipe hutan hujan dataran rendah dimana 44% spesies tumbuhan obat penyebarannya terdapat di formasi hutan ini dan di areal hutan konversi (areal hutan yang bisa dirubah menjadi areal non-hutan seperti untuk perluasan lahan pertanian/ perkebunan, areal transmigrasi dan areal industri dll). Ancaman kelestarian plasma nutfah tumbuhan obat hutan tropika saat ini menurut Zuhud et al. (2001) sangat serius karena formasi hutan tropika dataran rendah selama 2 dekade belakangan ini mengalami kerusakan yang sangat parah, akibat eksploitasi kayu, perambahan hutan, kebakaran hutan, konversi hutan, perladangan berpindah dan lain-lain,
d) Ketidak seimbangan penawaran dan permintaan tumbuhan obat,
e) Lambatnya pengembangan budidaya tumbuhan obat Indonesia,
f) Rendahnya harga tumbuhan obat,
g) Kurangnya kebijakan dan peraturan perundangan pelestarian,
h) Kelembagaan pelestarian tumbuhan obat.
Namun, ironisnya Hutan yang merupakan sumber kehidupan tersebut sedang terancam punah dan terancam hal-hal yang merusak kelestariannya seperti penebangan hutan, pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan, perburuan hewan langka serta pencemaran lingkungan. Selain itu juga dampak buruk dari rusaknya kelestarian hutan lambat laun akan mengenai hidup manusia, seperti terganggunya kehidupan sosial, kebudayaan dan perekonomian masyarakat.
Hal ini memerlukan kepedulian semua pihak untuk menyelamatkan Sumber Daya Hutan yang saat ini menghadapi ancaman deforestasi dan degradasi. Bukti-bukti telah banyak disampaikan dan fakta pun telah banyak dikemukakan akan manfaat hutan dari segi ketersediaan tumbuhan obat yang banyak diperlukan dan dimanfaatkan bagi manusia. Akankah kita biarkan sumber daya alam kita yang notabene sangat banyak memberikan kontribusi bagi perikehidupan kita hancur luluh lantak tanpa ada keinginan untuk mempertahankannya? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing!!!
BEBERAPA TUMBUHAN OBAT DAN KHASIATNYA:
1. Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.)
Kegunaan:
Daun tumbuhan digunakan untuk pengobatan gangguan pencernaan, seperti: perut kembung, mules, diare, disentri, obat cacing, batuk, malaria, diabetes, tekanan darah tinggi, radang ginjal, untuk perempuan dalam masa nifas dan obat wazir.
Kulitnya yang berasa pahit digunakan pula sebagai tonikum dan meningkatkan nafsu makan, sedangkan getahnya digunakan untuk pengobatan penyakit kulit, borok, koreng dan bisul.
2. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Tumbuhan dari famili euphorbiaceae ini, air rebusannya diminum untuk melancarkan buang air kecil atau diuretik, untuk mengobat penyakit ginjal, seperti radang ginjal, infeksi dan batu di saluran kencing, melancarkan air seni dan menyembuhkan radang hati atau hepatitis, sakit kuning dan penyakit kelamin seperti kencing nanah.
Tumbuhan ini juga digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit lainnya, seperti: kencing manis, batuk pada anak-anak, emenagog atau peluruh haid, malaria, diare dan radang usus, obat penyakit kulit seperti: eksim, panu, cacar dan herpes.
3. Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Kegunaan:
Di Indonesia, daun kumis kucing digunakan sebagai diuretik atau peluruh kencing, dan juga untuk pengobatan kencing manis, tekanan darah tinggi, aterosklerosis, radang ginjal, rematik, tonsilitis, epilepsi atau ayan, gangguan menstruasi, gonorea, sipilis, dan sebagainya.
4. Jambu biji (Psidium guajava L.)
Kegunaan:
Daun atau akar umumnya digunakan untuk pengobatan diare atau mencret, murus dan radang selaput lendir lambung dan usus. Buahnya digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi dalam darah atau hiperkolesterolemia, dan kencing manis, sedangkan daunnya selain menurunkan kadar kolesterol dalam darah, juga digunakan untuk pengobatan keputihan.
5. Jahe (Zingiber officinale (Wild.) Rosc.)
Kegunaan:
Sejak dulu telah digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional atau bumbu makanan. Rimpangnya yang berasa pedas, hangat dan diaforetik atau mengeluarkan keringat, umumnya digunakan untuk meningkatkan nafsu makan, pengobatan influensa, gangguan saluran pernafasan, batuk, masuk angin, gangguan pencernaan atau mulas, diare, muntah-muntah, obat gosok penyakit encok, terkilir, bengkak, gatal-gatal, digigit ular, kolera dan difteri. Di samping itu juga digunakan sebagai bahan ramuan obat batuk dan luka.
6. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Wallich ex Nees)
Di Indonesia dikenal sebagai bahan obat tradisional yang mempunyai sifat hepatoprotektif, antiinflamasi, antipiretik atau meredakan demam dan untuk penawar racun atau detoksikasi. Seluruh bagian tumbuhan sambiloto atau bersama-sama dengan kumis kucing digunakan pula untuk menyembuhkan sakit gula atau kencing manis.
Daun sambiloto yang rasanya pahit digunakan sebagai tonikum, menumbuhkan nafsu makan, untuk pengobatan radang tenggorokan, demam, malaria, tifus, sakit perut, disentri, difteri, gatal-gatal, eksema, radang usus buntu, gonorea atau kencing nanah, sifilis dan epilepsi atau ayan. Di samping itu daun sambiloto juga digunakan untuk menyembuhkan luka karena gigitan ular berbisa atau racun binatang lainnya.
Daftar Pustaka
1. Achmad, AS, dkk, Tumbuh-tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, 2007, Penerbit ITB.
2. Hasanah. M, 2004, Penelaahan terhadap plasma nutfah khusus: tanaman obat, diakses dari http://indoplasma.com/artikel
3. Zuhud, E. A.M, Azis, S., M. Ghulamahdi, N. Andarwulan, L.K. Darusman. 2001. Dukungan teknologi pengembangan obat asli Indonesia dari segi budidaya, pelestarian dan pasca panen. Lokakarya Pengembangan Agribisnis berbasis Biofarmaka. Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Hayati mendukung Agribisnis Tanaman Obat.
Sebagai Bangsa Indonesia, kita mestinya bersyukur karena dikaruniai ribuan pulau dan laut yang luas tempat hidup dan berkembangnya beranekaragam jenis flora dan fauna yang menjadi penyedia berbagai bahan pangan dan kebutuhan dasar manusia. Meskipun hanya menempati 1,3% daratan dunia namun di dalamnya terdapat sekitar 17% spesies yang ada di bumi. Hutan Indonesia ditumbuhi 11% spesies tanaman, dihuni 12% mamalia, 15% reptil dan amfibi dan 17% burung. Hutan-hutan tersebut juga memberikan banyak macam produk seperti kayu, buah, sayuran, kacang-kacangan, rempah-rempah, obat-obatan, parfum, minyak, biji-bijian, makanan ternak, serat, bahan pewarna, bahan pengawet dan pestisida. Lebih dari 6.000 spesies tanaman dan hewan digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia merupakan salah satu di antara tiga negara mega-biodiversity di dunia yang memiliki berbagi spesies tanaman pangan dan obat tradisional. Ada lebih 100 spesies tanaman biji-bijian, sagu dan umbi-umbian penghasil tepung dan gula. Juga lebih dari 100 spesies tanaman kacang-kacangan sebagai sumber protein dan lemak. 450 spesies tanaman buah-buahan sumber vitamin dan mineral. Tersedia lebih dari 250 spesies tanaman sayur-sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral. 70 spesies tanaman bumbu dan rempah-rempah. Juga 40 spesies tanaman bahan minuman dan 940 spesies tanaman bahan obat tradisional.
Hutan tropis yang sangat luas beserta keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya merupakan sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Indonesia juga dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat (herbal) sehingga mendapat julukan live laboratory.
Kita boleh berbangga dengan kekayaan herbal yang tidak dimiliki oleh negara lain. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tumbuhan obat yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain. Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah mematenkan sekitar 40 senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia (Suara Pembaruan, 26 Maret 2005). Bahkan beberapa obat-obatan yang bahan bakunya dapat ditemukan di Indonesia telah dipatenkan dan diproduksi secara besar-besaran di negara lain sehingga memberi keuntungan yang besar bagi negara tersebut.
Sebuah survei terhadap 150 jenis obat beresep yang umum digunakan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 57 persen mengandung sedikitnya satu senyawa aktif yang didapat dari alam. Sebagian besar di antaranya didapat dari hutan tropis, antara lain adalah senyawa kontrasepsi, pengendur otot, senyawa anti bakteri, aprodisiak, dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gagal jantung, malaria, kanker, dan penyakit lainnya.
Penduduk asli di hutan tropis memiliki pengetahuan yang luar biasa tentang tumbuhan obat-obatan, dan di sejumlah besar wilayah penyembuhan tradisional merupakan penyedia jasa pelayanan kesehatan yang utama. Bukti kemampuan pengobatan tradisional makin berkembang, dan tumbuhan obat-obatan dari wilayah tropis kini digunakan di seluruh dunia.
Tabel Tanaman obat yang berpotensi untuk sumber bahan obat modern di Indonesia
No Species tanaman Bagian yang digunakan Indikasi khasiat
1 Benalu teh (Loranthus spp) Tangkai daun Anti kanker
2 Brotowali (Tinospora crispa L.) Tangkai daun Anti malaria, kencing manis
3 Bawang putih (Allium sativum L.) Umbi Anti jamur, penurun lemak darah
4 Ceguk/wudani (Quisqualis indica L.) Biji Obat cacing
5 Delima putih (Punica granatum L.) Kulit buah Anti kuman
6 Dringo (Acorus calamus L.) Umbi Obat penenag
7 Handeuleum/daun wungu (Grapthophyllum pictum Griff.) Daun Wasir atau ambeien
8 Ingu (Ruta graveolens L.) Daun Anti kuman, penurun panas
9 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Rimpang Penghilang nyeri, anti piretik, anti radang
10 Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingk.) Buah Obat batuk
11 Jati belanda (Guazoma ulmifolia Lamk.) Daun Penurun kadar lemak darah
12 Jambu biji/klutuk (Psidium guajava L.) Daun Anti diare
13 Jambu mente (Anacardium occidentale L.) Daun Penghilang nyeri
14 Kunyit (Curcuma domestica Val.) Rimpang Radang hati, radang sendi, anti septik
15 Kejibeling (Strobilanthes crispus Bl.) Daun Obat batu ginjal, pelancar air seni
16 Katuk (Sauropus androgynus Merr.) Daun Pemacu produksi air susu ibu
17 Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) Daun Pelancar air seni
18 Legundi (Vitex trifolia L.) Daun Anti kuman
19 Labu merah (Curcubita moschata Duch) Biji Obat cacing pita
20 Pepaya (Carica papaya L.) Getah, daun, biji Sumber enzim papain, anti malaria, kontrasepsi pria
21 Pegagan/kaki kuda (Centella asiatica Urban) Daun Pelancar air seni, anti kuman, anti tekanan darah tinggi
22 Pala (Myristica fragrans Houff.) Buah Penenang
23 Pare (Momordica charantia L.) Buah, biji Kencing manis, kontrasepsi pria
24 Saga telik (Abrus precatorius L.) Daun Sariawan usus
25 Sembung (Blumea balsamifera D.C.) Daun Penghilang nyeri, penurun panas
26 Sidowayah (Woodfordia floribunda Salisb.) Daun Anti kuman, pelancar air seni
27 Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) Seluruh bagian Anti kuman, obat kencing manis
28 Seledri (Alpium graveolens L.) Seluruh bagian Anti tekanan darah tinggi
29 Sirih (Piper betle L.) Daun Anti kuman
30 Temu lawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.) Rimpang Obat radang hati kronis
31 Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Daun Pelancar air seni, obat penghancur batu ginjal
Tabel Contoh tipe ekosistem hutan dataran rendah dan jenis tanaman obat
Tipe ekosistem hutan Jenis tanaman obat Keterangan
1. Hutan hujan dataran rendah Pasak bumi (Eurycoma longifolia), Akar kuning (Arcangelisia flava), Kamfer (Dryobalanops aromatica), Kepayang (Scaphium macropodum), Tabat barito (Ficus delteidea), Kemiri (Aleurites moluccana) Kedawung (Parkia roxburghii) dan Gaharu (Aqularia malaccensis) < 1000 m dpl; keanekaragaman paling tinggi; beriklim basah; terutama di Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya
2. Hutan pantai Bintangur (Calophyllum inophylum), Keben (Barringtonia asiatica), Waru (Hibiscus tilliaceus) dan Ketapang (Terminalia catappa) Di pantai, tanah kering berbatu dan regosol; di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi
3. Hutan payau (mangrove) Api-api (Avicennia marina), Bogem (Sonneratia ovata) Nyirih agung (Xylocarpus granatum), Bako rayap (Rhizophora apiculata) dan Tumus (Bruguiera conjugata) Di pantai dan tepian sungai; dipengaruhi pasang surut air laut; terutama di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Jawa
Permasalahan pelestarian Tumbuhan Obat Indonesia menurut Zuhud et al. (2001) disebabkan karena:
a) Kerusakan habitat,
b) Punahnya budaya dan pengetahuan tradisional penduduk asli/lokal di dalam atau sekitar hutan,
c) Pemanenan tumbuhan obat yang berlebihan. Adanya eksploitasi terhadap kayu yang sekaligus pohon tersebut yang juga merupakan spesies tumbuhan obat juga merupakan ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obatnya. Sebagian besar areal konsesi hutan yang sudah diusahakan saat ini terdapat di tipe hutan hujan dataran rendah dimana 44% spesies tumbuhan obat penyebarannya terdapat di formasi hutan ini dan di areal hutan konversi (areal hutan yang bisa dirubah menjadi areal non-hutan seperti untuk perluasan lahan pertanian/ perkebunan, areal transmigrasi dan areal industri dll). Ancaman kelestarian plasma nutfah tumbuhan obat hutan tropika saat ini menurut Zuhud et al. (2001) sangat serius karena formasi hutan tropika dataran rendah selama 2 dekade belakangan ini mengalami kerusakan yang sangat parah, akibat eksploitasi kayu, perambahan hutan, kebakaran hutan, konversi hutan, perladangan berpindah dan lain-lain,
d) Ketidak seimbangan penawaran dan permintaan tumbuhan obat,
e) Lambatnya pengembangan budidaya tumbuhan obat Indonesia,
f) Rendahnya harga tumbuhan obat,
g) Kurangnya kebijakan dan peraturan perundangan pelestarian,
h) Kelembagaan pelestarian tumbuhan obat.
Namun, ironisnya Hutan yang merupakan sumber kehidupan tersebut sedang terancam punah dan terancam hal-hal yang merusak kelestariannya seperti penebangan hutan, pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan, perburuan hewan langka serta pencemaran lingkungan. Selain itu juga dampak buruk dari rusaknya kelestarian hutan lambat laun akan mengenai hidup manusia, seperti terganggunya kehidupan sosial, kebudayaan dan perekonomian masyarakat.
Hal ini memerlukan kepedulian semua pihak untuk menyelamatkan Sumber Daya Hutan yang saat ini menghadapi ancaman deforestasi dan degradasi. Bukti-bukti telah banyak disampaikan dan fakta pun telah banyak dikemukakan akan manfaat hutan dari segi ketersediaan tumbuhan obat yang banyak diperlukan dan dimanfaatkan bagi manusia. Akankah kita biarkan sumber daya alam kita yang notabene sangat banyak memberikan kontribusi bagi perikehidupan kita hancur luluh lantak tanpa ada keinginan untuk mempertahankannya? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing!!!
BEBERAPA TUMBUHAN OBAT DAN KHASIATNYA:
1. Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.)
Kegunaan:
Daun tumbuhan digunakan untuk pengobatan gangguan pencernaan, seperti: perut kembung, mules, diare, disentri, obat cacing, batuk, malaria, diabetes, tekanan darah tinggi, radang ginjal, untuk perempuan dalam masa nifas dan obat wazir.
Kulitnya yang berasa pahit digunakan pula sebagai tonikum dan meningkatkan nafsu makan, sedangkan getahnya digunakan untuk pengobatan penyakit kulit, borok, koreng dan bisul.
2. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Tumbuhan dari famili euphorbiaceae ini, air rebusannya diminum untuk melancarkan buang air kecil atau diuretik, untuk mengobat penyakit ginjal, seperti radang ginjal, infeksi dan batu di saluran kencing, melancarkan air seni dan menyembuhkan radang hati atau hepatitis, sakit kuning dan penyakit kelamin seperti kencing nanah.
Tumbuhan ini juga digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit lainnya, seperti: kencing manis, batuk pada anak-anak, emenagog atau peluruh haid, malaria, diare dan radang usus, obat penyakit kulit seperti: eksim, panu, cacar dan herpes.
3. Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Kegunaan:
Di Indonesia, daun kumis kucing digunakan sebagai diuretik atau peluruh kencing, dan juga untuk pengobatan kencing manis, tekanan darah tinggi, aterosklerosis, radang ginjal, rematik, tonsilitis, epilepsi atau ayan, gangguan menstruasi, gonorea, sipilis, dan sebagainya.
4. Jambu biji (Psidium guajava L.)
Kegunaan:
Daun atau akar umumnya digunakan untuk pengobatan diare atau mencret, murus dan radang selaput lendir lambung dan usus. Buahnya digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi dalam darah atau hiperkolesterolemia, dan kencing manis, sedangkan daunnya selain menurunkan kadar kolesterol dalam darah, juga digunakan untuk pengobatan keputihan.
5. Jahe (Zingiber officinale (Wild.) Rosc.)
Kegunaan:
Sejak dulu telah digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional atau bumbu makanan. Rimpangnya yang berasa pedas, hangat dan diaforetik atau mengeluarkan keringat, umumnya digunakan untuk meningkatkan nafsu makan, pengobatan influensa, gangguan saluran pernafasan, batuk, masuk angin, gangguan pencernaan atau mulas, diare, muntah-muntah, obat gosok penyakit encok, terkilir, bengkak, gatal-gatal, digigit ular, kolera dan difteri. Di samping itu juga digunakan sebagai bahan ramuan obat batuk dan luka.
6. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Wallich ex Nees)
Di Indonesia dikenal sebagai bahan obat tradisional yang mempunyai sifat hepatoprotektif, antiinflamasi, antipiretik atau meredakan demam dan untuk penawar racun atau detoksikasi. Seluruh bagian tumbuhan sambiloto atau bersama-sama dengan kumis kucing digunakan pula untuk menyembuhkan sakit gula atau kencing manis.
Daun sambiloto yang rasanya pahit digunakan sebagai tonikum, menumbuhkan nafsu makan, untuk pengobatan radang tenggorokan, demam, malaria, tifus, sakit perut, disentri, difteri, gatal-gatal, eksema, radang usus buntu, gonorea atau kencing nanah, sifilis dan epilepsi atau ayan. Di samping itu daun sambiloto juga digunakan untuk menyembuhkan luka karena gigitan ular berbisa atau racun binatang lainnya.
Daftar Pustaka
1. Achmad, AS, dkk, Tumbuh-tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, 2007, Penerbit ITB.
2. Hasanah. M, 2004, Penelaahan terhadap plasma nutfah khusus: tanaman obat, diakses dari http://indoplasma.com/artikel
3. Zuhud, E. A.M, Azis, S., M. Ghulamahdi, N. Andarwulan, L.K. Darusman. 2001. Dukungan teknologi pengembangan obat asli Indonesia dari segi budidaya, pelestarian dan pasca panen. Lokakarya Pengembangan Agribisnis berbasis Biofarmaka. Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Hayati mendukung Agribisnis Tanaman Obat.
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji rasa syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan kenikmatan kepada kita semua, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini.
Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar Muhamad SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Bergema seiring nada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan getaran jiwa, Penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini.
Akhirnya kepada Illahi kita berharap dan berdo’a, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca. Amin….!
Pekanbaru, 04 oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………
Bab I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. TUJUAN……………………………………………………………………………………………
1.3. BATASAN MASALAH………………………………………………………………………...
Bab II SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN
Bab III PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK
3.1. BEBERAPA ISTILAH…………………………………………………………………………..
3.2. KONSEP USAHA TANI ORGANIK…………………………………………………………
Bab IV BEBERAPA PENDEKATAN KEGIATAN YANG MENUNJANG PERTANIAN BERKELANJUTAN
1. PENGENDALIAN HAMA TERPADU……………………………………………………….
2. SISTEM ROTASI DAN BUDIDAYA RUMPUT…………………………………………..
3. KONSERVASI LAHAN…………………………………………………………………………...
4. MENJAGA KUALITAS AIR / LAHAN BASA……………………………………………..
5. PELINDUNG TANAMAN………………………………………………………………………..
6. DEVERSIFIKASI LAHAN DAN TANAMAN………………………………………………
7. PENGOLAHAN NUTRISI TANAMAN………………………………………………………
8. AGROFORESTRI(WANA TANI)…………………………………………………………….
9. PEMASARAN……………………………………………………………………………………….
Bab V PENUTUP……………………………………………………………………………………..
DAFTAR PERPUSTAKA……………………………………………………………………………..
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau diterjemahkan menjadi ‘pertanian berkelanjutan’ digunakan untuk menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan.
Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan.
Tiga indikator besar yang dapat dilihat:
– Lingkungannya lestari
– Ekonominya meningkat (sejahtera)
– Secara sosial diterima oleh masyarakat petani.
• Zaman Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan, merupakan zaman yang turut menentukan sistem pertanian kuno. Perekonomian kota yang pertama berkembang di sana dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan jutu tulis-juru tulis.
• Penciptaan surplus sosial menyebabkan terjadinya lembaga ekonomi berdasar peperangan dan perbudakan. Administrasi untuk surplus yang harus disimpan mendesak kebutuhan sistem akuntansi. Pemecahan masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan terciptanya tulisan-tulisan yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan Mesopotamia bertahan untuk beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang berbeda. Pengaruhnya, walaupun sukar didefinisikan secara tepat, memancar ke Siria dan Mesir dan mungkin juga ke India dan Cina.
• Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang masih penting untuk persediaan pangan dunia: gandum dan barlai, kurma dan ara, zaitum dan anggur. Kebudayaan kuni dari Mesopotamia - Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea - mengembangkan pertanian yang bertambah kompleks dan terintegrasi. Reruntuhan menunjukkan sisa teras-teras, taman-taman dan kebun-kebun yang beririgasi. Emapt ribu tahun yang lalu saluran irigasi dari bata dengan sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap ditanami untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900 tanaman.
• Pengetahuan tentang pertanian kuno di mana pun tidak lebih banyak dari pada di Mesir, di mana pasri yang bertiup dari gurun memelihara data dan catatan dari zaman yang menakjubkan. Walaupun lembah Nil telah mendukung manusia sekurang-kurangnya 20.000 tahun, di duga perkembangan pertaniannya yang mendorong perubahan-perubahan yang terjadi di wilayah mediteran.
• Kebudayaan Mesir jaya, yang berpengaruh pada kebudayaan-kebudayaan Barat sekarang, adalah makmur dalam keberlimpahan pertanian yang dimungkinkan oleh kebanjiran Sungai Nil yang menyuburkan tanah kembali. Orang Mesir adalah akhli dalam mengembangkan teknik drainase dan irigasi. Drainase yaitu pembuangan kelebihan air, merupakan tuntutan di daerah seperti lembah Nil; hal ini meminta pengembangan lereng-lereng lahan dan pembuatan sistem pengangkutan serta saluran air yang efisien. Irigasi yaitu pemberian air pada tanaman secara buatan, menyangkut penadahan, pengantaran dan pemberian air. Masalah drainase dan irigasi saling menjalin; pemecahannya oleh orang Mesir dengan membangun serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran yang melayani kedua tujuan tersebut. Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan air, yang masih dipakai sekarang. Penemuan yang utama adalah shaduf, yang memungkinkan menaikkan 2.250 liter air setinggi 1.8 m tiap hari kerja pria.
• Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan cangkul. Cangkul asalnya dari suatu tongkat bercabang yang lancip dan digunakan dengan gerakan memotong. Bajak kuno juga hanya merupakan cangkul yang ditarik manusia (belakangan oleh hewan) untuk menggaruk permukaan tanah, dan masih banyak digunakan kini di banyak bagian dunia. Kemudian bajak diperbaiki dengan penemplean besi di bagian yang besinggungan dengan tanah dan dengan konstruksi yang lebih kuat dan efisien. Orang-orang Mesir menggunakan berbagai alat potong pada waktu panen, salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang paling baik ketika itu.
• Orang Mesir mengembangkan berbagai teknologi yang berhubungan dengan seni masak - industri keramik, pemanggangan, pembuatan anggur dan penyimpanan pangan. Cara-cara penyimpanan termsuk fermentasi, pembuatan acar, pengeringan, pengasapan dan pemberian garam. Banyak tanaman dibudidayakan untuk serat, minyak dan tujuan-tujuan industri lain; papirus untuk kertas, jarak untuk minyak, pinus untuk malam (lilin). Mereka menciptakan jamu-jamuan yang pertama, koleksi tanaman obat, dan industri rempah-rempah, wangi-wangian dan kosmetik.
• Sepanjang Sungai Nil diciptakan kebun-kebun formal luas, penuh dengan tanaman-tanaman hias eksotik dan kolam kolam berisi ikan dan teratai. Di kebun buah (orchard), kurma, anggur, ara, lemon dan delima diusahakan. Kebun sayur berisi ketimun, articoke, bawang putih, perai, bawang bombay, slada, menta, endewi, cikori, logak, dan berbagai labu.
• Kebudayaan Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian pelaut-pelaut phoenicia meneruskan warisan teknologi Mesopotamia dan Mesir ke kepulauan Yunani yang sedang muncul.
• Yunani. Walaupun orang-orang Yunani hanya sedikit menambah kemahiran praktek, sikap analitik dan keingintahuannya terhadap alam benda memberi pengaruh besar pada kemajuan teknolgoi di masa datang. Ilmu Botani berasal dari pikiran Yunani zaman itu. Dua buah tulisan terkenal, History of plants dan Causes of Plants dari Theopratus murid Aristoteles mempengaruhi Ilmu Botani hingga abad 17. Dia dipandang sebagai Bapak Ilmu Botani. Tulisan tersebut mencakup judul-judul yang beraneka ragam seperti morfologi, klasifikasi, pembiakan dengan biji dan secara vegetatif, geografi tumbuhan, kehutanan, horikultur, parmakologi, hama dan bau serta rasa tanaman. Diperbincangkan sebanyak 500 tanaman liar dan tanaman pertanian. Dia membedakan Angiospermae dan Gymnospermae, Monokotil dan Dikotil, membahas pembentukan lingkaran tahun dan cara-cara mengumpulkan damar (resins) dan ter. Bahkan membahas penyerbukan pohon kurma betina dengan bunga-bunga dari pohon jantan yang tak berbuah. Hal ini merupakan pengetahuan kelamin pada tanam, sesuatu yang lama menghilang dan baru diketahui lagi 2.000 tahun berikutnya.
• Cendekiawan Yunani ternyata tak mampu bertahan secara politik. Persaingan dan peperangan antar kota membawa ke kejatuha oleh tentara Macedonia. Ada yang melacak kejatuhan Yunani pada akibat peningkatan populasi pada merosotnya sumber-sumberdaya alam baik oleh peperangan maupun oleh kebusukan dari dalam. Kelihatan bahwa dasar pertanian Yunani tak cukup untuk menyokong kebudayaan yang selalu tumbuh.
• Kebudayaan Yunani diserap oleh bangsa baru ke barat. Kekaisaran Romawi, berbeda dengan Yunani, dibangun dari dasar sumberdaya alam yang kokoh kuat. Kebalikan dari bangsa Yunani, bangsa Romawi sangat tertarik pada aspek praktis dari pertanian. Pertanian merupakan bagian penting dari ekonomi dan urusan yang sungguh-sungguh. Sumber penghasilan utama dari Romawi adalah pajak tanah; perundang-undangannya yang paling penting berurusan dengan rencana agraria; kekayaan besar diinvestasikan pada lahan pertanian. Romawi tumbuh ke kejayaan pada landasan teknologi pertanian yang sehat dan berfungsi. Sewaktu mereka menaklukkan, mereka membangun suatu kebudayaan yang asalnya Yunani tetapi pelaksanaannya secara Romawi.
• Walaupun orang Romawi hanya memiliki sedikit ide asli, akan tetapi mereka terkenal betul betul memperbaiki yang mereka temukan. Tanda perdagangan yang bertahan lama adalah jalan-jalan dan jalan air. Orang-orang Romawi berpikiran moderan, beradab dan berpusat ke kota, tetapi bisnis dan kecenderungannya terikat pada tanah.
• Praktek pertanian Romawi dibukukan secara baik. Tulisan mengenai pertanian yang pertama adalah De agricultura karangan Marcus Porceus Cato (234 - 149 SM), yang menulis aspek-aspek praktis dari pengelolaan tanaman dan ternak, terutama mengenai keuntungan. Asal-usul filosofi desa ditemui dalam kesimpulannya bahwa petani bukan hanya penduduk yang terbaik, tetapi juga tentara terbaik. Seratus tahun berikutnya tulisan Marcus Terentius Varro (116 - 28 SM) yaitu De re rustica libri III, menekankan ketergantungannya negeri sekemakmuran pada pertanian yang sehat. Tulisan-tulisan lain adalah Georgica karangan Vergilius (70 - 19 SM) dan banyak lain. Historia naturalis karangan Plinius (23 - 79 M) memuat kumpulan ilmu maupun hal-hal yang tidak diketahui. Dari tulisan-tulisan ini pertanian Romawi dapat dipelajari.
• Dalam tulisan-tulisan pertanian dicatat adanya penyambungan tanaman (grafting dan budding), poenggunaan berjenis-jenis varietas buah dan sayuran, rotasi pupuk hijau, penggunaan pupuk kandang, pengembalian kesuburan tnah, bahkan penyimpanan dingin untuk buah-buahan. Dikenal pula suatu "specularium", rumah kaca dari mika, untuk menanam sayuran pada musim dingin. Di Romawilah mulainya kebun tanaman hias berkembang sampai tingkat tinggi.
• Pada masa awal sejarah Romawi lembaga pertanian yang pokok adalah masyarakat desa. Milik perorangan kecil, berkisar dari satu hingga mepat acre dan dikelola secara intensif. Setelah negara Romawi berkembang wilayahnya dan memiliki tenaga kerja perbudakan dari menang perang, muncul unit produksi yang lebih tinggi. Ini didapat dari tanah-tanah negara yang dibagi-bagikan. Hasil sistem perkebuan merangsang pertumbuhan kekayaan perotangan yang hebat yang mendorong penyapan dan korupsi yang menjalar dengan dahsyat. Kenaikan tenaga kerja murah dari budak-budak dan meningkatnya ukuran milik perorangan berakibatkan ketidakseimbangan sosial. Tentara-petani-penduduk kehilangan tempatnya sebagai kekuatan stabilisasi dalam kehidupan Romawi.
• Kemudian setelah kejayaan dialami, banyak sistem pertanian tak sehat muncul. "Absente ownership", perbudakan, membawa kerusakan tanah yang menurunkan produktivitas. Di samping itu upeti-upeti dari negara-negara luar mengendurkan semangat berproduksi tinggi. Bangun dan jatuhnya keberuntungan politik kekaisaran Romawi sejajar dengan trend dalam pertanian. Beban untuk mendukung dan mempertahankan negara yang overexpanded meremehkan dasar-dasar pertnaian; pertanian yang kelelahan dan tidak stabil mengurangi daya pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
• Abad pertengahan. Dengan runtuhnya Romawi dan Negara Barat, kemajuan teknologi beralih ke Timur Tengah. Setelah tahun 700 M, kebudayaan Islam yang menyumbang hasil-hasil kebudayaannya kepada dunia. Kebudayaan Islam muncul dengan menyumbangkan hasil-hasil teknologi dan ilmu pengetahuannya yang jauh lebih rasional dan ilmiah dibandingkan dengan kebudayaan-kebudayaan sebelumnya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
• Memenuhi tugas mandiri
• Untuk mengetahui system pertanian berkelanjutan di masa depan.
• Member informasi kepada pembaca tentang system pertanian masa depan
1.3. Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis hanya menjelaskan tentang System Pertanian Berkelanjutan Berbasis System Pertanian Organik.
Bab II
FALSAFAH ILMU SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR, 1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumberdaya lokal digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan, dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan risiko.
Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai, dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk berperanserta dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan di masyarakat.
Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup (manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang) dan termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual masyarakat.
Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan ubahan kondisi usahatni yang berlangsung terus, misalnya, populasi yang bertambah, kebijakan, permintaan pasar, dll.
Anggap saja sistem pertanian berkelanjutan dipandang sebagai suatu paradigma ilmu. Sistem pertanian berkelanjutan sebagai paradigma ilmu membuat khalayak yang mempercayainya hendaknya (a) mengetahui apa yang harus dipelajarinya, (b) apa saja pernyataan-pernyataan yang harus diungkapkan, dan (c) kaidah-kaidah apa saja yang harus dipakai dalam menafsirkan semua jawaban atas fenomena pertanian berkelanjutan. Dalam perspektif falsafah ilmu berikutnya, suatu paradigma ilmu pada hakekatnya mengharuskan ilmuwan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan mendasar yaitu bagaimana, apa dan untuk apa.
Tiga pertanyaan di atas dirumuskan menjadi beberapa dimensi yaitu:
(a) dimensi ontologis yaitu apa sebenarnya hakikat dari sesuatu kejadian alam dan sosial ekonomi masyarakat yang dapat diketahuinya atau apa hakikat dari setiap kejadian di sektor pertanian dan sistem pertanian berkelanjutan pertanian selama ini ditinjau sebagai ilmu; mengapa terjadi kerusakan lingkungan; bagaimana hubungan degradasi tersebut dengan sistem nilai masyarakat dan sistem nilai suatu kebijakan pembangunan; bagaimana sektor pertanian di Indonesia dinilai terpinggirkan ketimbang kebijakan industri manufaktur, sehingga terjadi transformasi struktural semu; dsb,
(b) dimensi epistemologis yaitu apa sebenarnya hakikat hubungan antara pencari ilmu khususnya di bidang pertanian dengan fenomena obyek yang ditemukannya; bagaimana prosedurnya; hal-hal apa yang seharusnya diperhatikan untuk memperoleh pengetahuan tentang sistem pertanian berkelanjutan yang benar; apa kriteria benar itu; tehnik dan sarana apa untuk mendapatkan pengetahuan sistem pertanian berkelanjutan sebagai suatu ilmu,
(c) dimensi axiologis yaitu seberapa jauh peran sistem nilai dalam suatu penelitian tentang sistem pertanian berkelanjutan; untuk apa mengetahui sistem pertanian berkelanjutan; bagaimana menentukan obyek dan tehnik prosedural suatu telaahan sistem pertanian berkelanjutan dengan mempertimbangkan kaidah moral atau profesional;
(d) dimensi retorik yaitu apa bahasa yang digunakan dalam penelitian sistem pertanian berkelanjutan; bagaimana dengan bahasa yang dipakai sebagai alat berpikir dan sekaligus menjadi alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan jalan pikirannya kepada orang lain; bahasa yang dipakai seharusnya sebagai sarana ilmiah dan tentunya obyektif namun menafikan kecenderungan sifat emotif dan afektif;
(e) dimensi metodologis yaitu bagaimana cara atau metodologi yang dipakai dalam menemukan kebenaran suatu ilmu pengetahuan sistem pertanian kaitannya dengan fenomena pertanian berkelanjutan; apakah deduktif atau induktif; monodisiplin, multidisiplin dan interdisiplin; kuantitatif atau kualitatif atau kombinasi keduanya; penelitian dasar atau terapan.Berkaitan pula dengan sistem pertanian berkelanjutan, khususnya bagi yang berminat dalam kegiatan penelitian, diperlukan penerapan metodologi program penelitian.
Meminjam pendapat Imre Lakatos dalam Mohammad Muslih (2005), ada tiga elemen yang harus diketahui dalam program penelitian.
o Pertama adalah inti pokok yaitu asumsi-asumsi dasar yang menjadi ciri dari penelitian berbagai aspek yang terkait dengan sistem pertanian berkelanjutan.Kedudukannya sebagai dasar di atas elemen lain yang dicerminkan sebagai hipotesis umum dan kerangka teoretis yang bersifat umum. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah seperti mengapa dan bagaimana timbulnya masalah degradasi lingkungan dan degradasi sosial ekonomi pertanian serta bagaimana peran masyarakat dalam kerusakan lingkungan fisik dan sosial-ekonomi (eksternalitas negatif) yang kemudian dijawab sementara dalam bentuk hipotesis berdasarkan teori dan empirik.
o Kedua adalah sebagai lingkaran pelindung yang terdiri dari beberapa hipotesis awal atas terjadinya fenomena di sektor pertanian. Kedudukannya sebagai pelengkap inti pokok agar penelitian tentang pertanian mampu menerangkan dan meramalkan setiap fenomena pertanian berkelanjutan yang nyata. Disini sudah dimunculkan perlakuan bagaimana mengembangkan beragam varian yang kompleks dari suatu sistem pertanian, bagaimana memodifikasinya. Namun teori yang dipakai sebagai suatu struktur yang koheren dapat tetap terbuka untuk dikembangkan. Artinya penelitian sistem pertanian berkelanjutan tidak selalu berlangsung sekali jadi tetapi terbuka untuk penelitian lanjutan.
o Ketiga adalah serangkaian teori yaitu keterkaitan antara teori yang satu dengan teori lainnya. Penelitian tentang sistem pertanian berkelanjutan seharusnya dinilai dari serangkaian teori. Karena ciri fenomena pertanian berkelanjutan yang begitu kompleksnya maka dalam penelitian ini sudah dapat diduga teori yang digunakan meliputi antara lain teori ekonomimakro, ekonomimikro, teori ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan, teori ekonomi produksi, teori perilaku konsumen, teori kebijakan lingkungan, kebijakan pertanian, teori ekonomi ketenagakerjaan, sosiologi, antropologi, ekologi manusia, kelembagaan dsb.
Sumber: Tb Sjafri Mangkuprawira,2007, bahan kuliah Filsafat Sains Mahasiswa Doktor Program Ekonomi Pertanian IPB,Kelas Khusus.
Bab III
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS
SISTEM PERTANIAN ORGANIK
3.1. BEBERAPA ISTILAH
• Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).
• "Organic agriculture is a holistic production management system which promotes and enhances agro-ecosystem health, including biodiversity, biological cycles and soil biological activity. It emphasises the use of management practices in preference to the use of off-farm inputs (...) This is accomplished by using, where possible, agronomic, biological, and mechanical methods, as opposed to using synthetic materials, to fulfil any specific function within the system." (FAO/WHO Codex Alimentarius Commission, 1999). Pertanian organic merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.
• The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk:
(1) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai
(2) membudidayakan tanaman secara alami
(3) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian
(4) memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang
(5) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian
(6) memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, dan
(7) mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
3.2. KONSEP USAHA TANI ORGANIK
Keberhasilan pembangunan pertanian selama ini telah memberikan dukungan yang sangat tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian disadari bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahankelemahan yang perlu diperbaiki. Produksi yang tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh teknologi yang memerlukan input (masukan) bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian seperti pupuk urea, TSP/SP-36, KCl, pestisida, herbisida, dan produk-produk kimia lainnya yang berbahaya bagi kesehatan dengan dosis yang tinggi secara terus-menerus, terbukti menimbulkan banyak pencemaran yang dapat menyumbang degradasi fungsi lingkungan dan perusakan sumberdaya alam, serta penurunan daya dukung lingkungan. Adanya kesadaran akan akibat yang ditimbulkan dampak tersebut, perhatian masyarakat dunia perlahan mulai bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan. Dewasa ini masyarakat sangat peduli terhadap alam dan kesehatan, maka muncullah teknologi alternatif lain, yang dikenal dengan “pertanian organik”, “usaha tani organik”, “pertanian alami”, atau “pertanian berkelanjutan masukan rendah”. Pengertian tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip dan tujuan yang sama, yaitu untuk melukiskan sistem pertanian yang bergantung pada produk-produk organik dan alami, serta secara total tidak termasuk penggunaan bahan-bahan sintetik.
Bab IV
BEBERAPA PENDEKATAN KEGIATAN YANG MENUNJANG
PERTANIAN BERKELANJUTAN
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;
Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman.
Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama.
Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungsida sintetis.
Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun .
2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.
3. Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
Menciptakan jalur-jalur konservasi.
Menggunakan dam penahan erosi.
Melakukan penterasan.
Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain;
Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).
Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.
5. Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohonpohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan;
Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.
Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi dilahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara lain:
Pengomposan
Penggunaan kascing
Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.
8. Agroforestri (wana tani)
Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan system agroforestri ini antara lain:
• Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman
dan tanaman-tanaman tahunan.
• Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).
• Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.
9. Pemasaran
Petani dan peternak mengakui bahwa meningkatkan pemasaran merupakan suatu langkah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Adapun cara yang dapat dikembangkan antara lain:
Pemasaran langsung melalui surat permintaan, pasar petani, restoran lokal, supermarket, dan kios-kios pasar tradisional.
Menggunakan bisnis usaha kecil produk lokal sebagai bahan mentah makanan olahan.
Bab V
PROSPEK PERTANIAN ORGANIK
Di Indonesia sendiri, gaung pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu, akan tetapi pemainnya dapat dihitung dengan jari (Trubus No. 363, 2000). Kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, dimana sebagian besar saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai melirik alternatif lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik mulai digeluti dan mendapat respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di berbagai daerah. Di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten, Yogyakarta, Karanganyar, Magelang, dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor, Bandung dan Kuningan. Di Jawa Timur; Malang, serta beberapa daerah di Bali Meskipun pertanian organik ini masih sedikit diusahakan, akan tetapi pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian. Sebagai gambaran, di Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian organic diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun. Permintaan akan produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan domestik. Beberapa Negara berkembangpun mulai memanfaatkan peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke Belanda dan kentang ke Jepang. Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan harga cukup tinggi, biasanya 20 persen lebih tinggi dari produk pertanian non-organik. Keuntungan pokok pertanian organik sangat bervariasi, dalam beberapa kajian ekonomi menyatakan bahwa pertanian organik memiliki akses nyata terhadap prospek jangka panjang. Beberapa studi menunjukkan bahwa pertanian organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan pertanian konvensional. Terutama pada sistem pertanian organik melalui diversifikasi tanaman, perbedaan pola tanam dan jadwal tanam dapat mendistribusikan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktunya.
Bab VI
KENDALA
Beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan pertanian organik,
diantaranya:
• Adanya hama “transmigran” dari kebun yang nonorganik, sehingga produktivitas lahan menjadi semakin rendah.
• Akibat rendahnya produksi tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang ada.
• Dalam pertanian organik yang murni disyaratkan tanah relatif masih “perawan”, padahal penelitian menunjukkan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah jenuh fosfat.
• Pasar terbatas, karena produk organik hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.
• Kedulitan menggantungkan pasokan dari alam. Pupuk misalnya, harus mengerahkan suplai kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.
• Kehilangan hasil akibat penyakit tumbuhan rata-rata mencapai 11.8% dan karena hama mencapai 12,2 % pada berbagai tanaman penting di seluruh dunia.
• Kehilangan hasil akibat gangguan penyakit pada tanaman padi rata-rata mencapai 15,1 % dari potensi hasilnya, dengan kerugian di seluruh dunia mencapai 33 milyar USD selama 1988-1990.
Bab VII
PENUTUP
Pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif yang memberikan berbagai hal positif, yang dapat diterapkan pada usaha tani produkproduk bernilai komersial tinggi dan tidak mengurangi produksi. Untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, perlu dilakukan upaya:
• Sosialisasi pemasyarakatan mengenai pentingnya pertanian yang ramah lingkungan
• Penggalakkan konsumsi produk hasil pertanian organik.
• Diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk mendapatkan saprotan organik. Usaha tani yang berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas dan harga bersaing.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka
Tanaman, 2000. Kebijakan Perlindungan Tanaman Hortikultura Dengan Orientasi Pasar Global. Jakarta
Ecological Agriculture Projects. 1989. Sustainability Agriculture. EAP Publication – 16. Macdonald College of McGill University.
FAO Committee on Agriculture (COAG). 1999. Based on Organic agriculture. Rome on 25-26 January 1999.
Manwan Ibrahim. 1994 Strategi dan Langkah Operasional Penelitian Tanaman
Pangan Berwawasan Lingkungan Dalam Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku I.
Kebijaksanaan dan Hasil Utama Penelitian.
Puslitbang Tanaman Pangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kasumbogo Untung. 1997 Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan.
Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik. Outerbridge, P. B . 1991 Limbah Padat di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Teruo Higa. 1997. EM Technology Serving The World. Seminar Nasional Pertanian Organik. Jakarta. 3 April 1997.
Trubus No. 363. 2000. Pertanian Organik. Yayasan Tani Membangun. Jakrta
Bismillahirrahmanirrahim
Puji rasa syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan kenikmatan kepada kita semua, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini.
Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar Muhamad SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Bergema seiring nada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan getaran jiwa, Penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini.
Akhirnya kepada Illahi kita berharap dan berdo’a, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca. Amin….!
Pekanbaru, 04 oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………
Bab I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. TUJUAN……………………………………………………………………………………………
1.3. BATASAN MASALAH………………………………………………………………………...
Bab II SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN
Bab III PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK
3.1. BEBERAPA ISTILAH…………………………………………………………………………..
3.2. KONSEP USAHA TANI ORGANIK…………………………………………………………
Bab IV BEBERAPA PENDEKATAN KEGIATAN YANG MENUNJANG PERTANIAN BERKELANJUTAN
1. PENGENDALIAN HAMA TERPADU……………………………………………………….
2. SISTEM ROTASI DAN BUDIDAYA RUMPUT…………………………………………..
3. KONSERVASI LAHAN…………………………………………………………………………...
4. MENJAGA KUALITAS AIR / LAHAN BASA……………………………………………..
5. PELINDUNG TANAMAN………………………………………………………………………..
6. DEVERSIFIKASI LAHAN DAN TANAMAN………………………………………………
7. PENGOLAHAN NUTRISI TANAMAN………………………………………………………
8. AGROFORESTRI(WANA TANI)…………………………………………………………….
9. PEMASARAN……………………………………………………………………………………….
Bab V PENUTUP……………………………………………………………………………………..
DAFTAR PERPUSTAKA……………………………………………………………………………..
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau diterjemahkan menjadi ‘pertanian berkelanjutan’ digunakan untuk menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan.
Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan.
Tiga indikator besar yang dapat dilihat:
– Lingkungannya lestari
– Ekonominya meningkat (sejahtera)
– Secara sosial diterima oleh masyarakat petani.
• Zaman Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan, merupakan zaman yang turut menentukan sistem pertanian kuno. Perekonomian kota yang pertama berkembang di sana dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan jutu tulis-juru tulis.
• Penciptaan surplus sosial menyebabkan terjadinya lembaga ekonomi berdasar peperangan dan perbudakan. Administrasi untuk surplus yang harus disimpan mendesak kebutuhan sistem akuntansi. Pemecahan masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan terciptanya tulisan-tulisan yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan Mesopotamia bertahan untuk beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang berbeda. Pengaruhnya, walaupun sukar didefinisikan secara tepat, memancar ke Siria dan Mesir dan mungkin juga ke India dan Cina.
• Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang masih penting untuk persediaan pangan dunia: gandum dan barlai, kurma dan ara, zaitum dan anggur. Kebudayaan kuni dari Mesopotamia - Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea - mengembangkan pertanian yang bertambah kompleks dan terintegrasi. Reruntuhan menunjukkan sisa teras-teras, taman-taman dan kebun-kebun yang beririgasi. Emapt ribu tahun yang lalu saluran irigasi dari bata dengan sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap ditanami untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900 tanaman.
• Pengetahuan tentang pertanian kuno di mana pun tidak lebih banyak dari pada di Mesir, di mana pasri yang bertiup dari gurun memelihara data dan catatan dari zaman yang menakjubkan. Walaupun lembah Nil telah mendukung manusia sekurang-kurangnya 20.000 tahun, di duga perkembangan pertaniannya yang mendorong perubahan-perubahan yang terjadi di wilayah mediteran.
• Kebudayaan Mesir jaya, yang berpengaruh pada kebudayaan-kebudayaan Barat sekarang, adalah makmur dalam keberlimpahan pertanian yang dimungkinkan oleh kebanjiran Sungai Nil yang menyuburkan tanah kembali. Orang Mesir adalah akhli dalam mengembangkan teknik drainase dan irigasi. Drainase yaitu pembuangan kelebihan air, merupakan tuntutan di daerah seperti lembah Nil; hal ini meminta pengembangan lereng-lereng lahan dan pembuatan sistem pengangkutan serta saluran air yang efisien. Irigasi yaitu pemberian air pada tanaman secara buatan, menyangkut penadahan, pengantaran dan pemberian air. Masalah drainase dan irigasi saling menjalin; pemecahannya oleh orang Mesir dengan membangun serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran yang melayani kedua tujuan tersebut. Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan air, yang masih dipakai sekarang. Penemuan yang utama adalah shaduf, yang memungkinkan menaikkan 2.250 liter air setinggi 1.8 m tiap hari kerja pria.
• Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan cangkul. Cangkul asalnya dari suatu tongkat bercabang yang lancip dan digunakan dengan gerakan memotong. Bajak kuno juga hanya merupakan cangkul yang ditarik manusia (belakangan oleh hewan) untuk menggaruk permukaan tanah, dan masih banyak digunakan kini di banyak bagian dunia. Kemudian bajak diperbaiki dengan penemplean besi di bagian yang besinggungan dengan tanah dan dengan konstruksi yang lebih kuat dan efisien. Orang-orang Mesir menggunakan berbagai alat potong pada waktu panen, salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang paling baik ketika itu.
• Orang Mesir mengembangkan berbagai teknologi yang berhubungan dengan seni masak - industri keramik, pemanggangan, pembuatan anggur dan penyimpanan pangan. Cara-cara penyimpanan termsuk fermentasi, pembuatan acar, pengeringan, pengasapan dan pemberian garam. Banyak tanaman dibudidayakan untuk serat, minyak dan tujuan-tujuan industri lain; papirus untuk kertas, jarak untuk minyak, pinus untuk malam (lilin). Mereka menciptakan jamu-jamuan yang pertama, koleksi tanaman obat, dan industri rempah-rempah, wangi-wangian dan kosmetik.
• Sepanjang Sungai Nil diciptakan kebun-kebun formal luas, penuh dengan tanaman-tanaman hias eksotik dan kolam kolam berisi ikan dan teratai. Di kebun buah (orchard), kurma, anggur, ara, lemon dan delima diusahakan. Kebun sayur berisi ketimun, articoke, bawang putih, perai, bawang bombay, slada, menta, endewi, cikori, logak, dan berbagai labu.
• Kebudayaan Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian pelaut-pelaut phoenicia meneruskan warisan teknologi Mesopotamia dan Mesir ke kepulauan Yunani yang sedang muncul.
• Yunani. Walaupun orang-orang Yunani hanya sedikit menambah kemahiran praktek, sikap analitik dan keingintahuannya terhadap alam benda memberi pengaruh besar pada kemajuan teknolgoi di masa datang. Ilmu Botani berasal dari pikiran Yunani zaman itu. Dua buah tulisan terkenal, History of plants dan Causes of Plants dari Theopratus murid Aristoteles mempengaruhi Ilmu Botani hingga abad 17. Dia dipandang sebagai Bapak Ilmu Botani. Tulisan tersebut mencakup judul-judul yang beraneka ragam seperti morfologi, klasifikasi, pembiakan dengan biji dan secara vegetatif, geografi tumbuhan, kehutanan, horikultur, parmakologi, hama dan bau serta rasa tanaman. Diperbincangkan sebanyak 500 tanaman liar dan tanaman pertanian. Dia membedakan Angiospermae dan Gymnospermae, Monokotil dan Dikotil, membahas pembentukan lingkaran tahun dan cara-cara mengumpulkan damar (resins) dan ter. Bahkan membahas penyerbukan pohon kurma betina dengan bunga-bunga dari pohon jantan yang tak berbuah. Hal ini merupakan pengetahuan kelamin pada tanam, sesuatu yang lama menghilang dan baru diketahui lagi 2.000 tahun berikutnya.
• Cendekiawan Yunani ternyata tak mampu bertahan secara politik. Persaingan dan peperangan antar kota membawa ke kejatuha oleh tentara Macedonia. Ada yang melacak kejatuhan Yunani pada akibat peningkatan populasi pada merosotnya sumber-sumberdaya alam baik oleh peperangan maupun oleh kebusukan dari dalam. Kelihatan bahwa dasar pertanian Yunani tak cukup untuk menyokong kebudayaan yang selalu tumbuh.
• Kebudayaan Yunani diserap oleh bangsa baru ke barat. Kekaisaran Romawi, berbeda dengan Yunani, dibangun dari dasar sumberdaya alam yang kokoh kuat. Kebalikan dari bangsa Yunani, bangsa Romawi sangat tertarik pada aspek praktis dari pertanian. Pertanian merupakan bagian penting dari ekonomi dan urusan yang sungguh-sungguh. Sumber penghasilan utama dari Romawi adalah pajak tanah; perundang-undangannya yang paling penting berurusan dengan rencana agraria; kekayaan besar diinvestasikan pada lahan pertanian. Romawi tumbuh ke kejayaan pada landasan teknologi pertanian yang sehat dan berfungsi. Sewaktu mereka menaklukkan, mereka membangun suatu kebudayaan yang asalnya Yunani tetapi pelaksanaannya secara Romawi.
• Walaupun orang Romawi hanya memiliki sedikit ide asli, akan tetapi mereka terkenal betul betul memperbaiki yang mereka temukan. Tanda perdagangan yang bertahan lama adalah jalan-jalan dan jalan air. Orang-orang Romawi berpikiran moderan, beradab dan berpusat ke kota, tetapi bisnis dan kecenderungannya terikat pada tanah.
• Praktek pertanian Romawi dibukukan secara baik. Tulisan mengenai pertanian yang pertama adalah De agricultura karangan Marcus Porceus Cato (234 - 149 SM), yang menulis aspek-aspek praktis dari pengelolaan tanaman dan ternak, terutama mengenai keuntungan. Asal-usul filosofi desa ditemui dalam kesimpulannya bahwa petani bukan hanya penduduk yang terbaik, tetapi juga tentara terbaik. Seratus tahun berikutnya tulisan Marcus Terentius Varro (116 - 28 SM) yaitu De re rustica libri III, menekankan ketergantungannya negeri sekemakmuran pada pertanian yang sehat. Tulisan-tulisan lain adalah Georgica karangan Vergilius (70 - 19 SM) dan banyak lain. Historia naturalis karangan Plinius (23 - 79 M) memuat kumpulan ilmu maupun hal-hal yang tidak diketahui. Dari tulisan-tulisan ini pertanian Romawi dapat dipelajari.
• Dalam tulisan-tulisan pertanian dicatat adanya penyambungan tanaman (grafting dan budding), poenggunaan berjenis-jenis varietas buah dan sayuran, rotasi pupuk hijau, penggunaan pupuk kandang, pengembalian kesuburan tnah, bahkan penyimpanan dingin untuk buah-buahan. Dikenal pula suatu "specularium", rumah kaca dari mika, untuk menanam sayuran pada musim dingin. Di Romawilah mulainya kebun tanaman hias berkembang sampai tingkat tinggi.
• Pada masa awal sejarah Romawi lembaga pertanian yang pokok adalah masyarakat desa. Milik perorangan kecil, berkisar dari satu hingga mepat acre dan dikelola secara intensif. Setelah negara Romawi berkembang wilayahnya dan memiliki tenaga kerja perbudakan dari menang perang, muncul unit produksi yang lebih tinggi. Ini didapat dari tanah-tanah negara yang dibagi-bagikan. Hasil sistem perkebuan merangsang pertumbuhan kekayaan perotangan yang hebat yang mendorong penyapan dan korupsi yang menjalar dengan dahsyat. Kenaikan tenaga kerja murah dari budak-budak dan meningkatnya ukuran milik perorangan berakibatkan ketidakseimbangan sosial. Tentara-petani-penduduk kehilangan tempatnya sebagai kekuatan stabilisasi dalam kehidupan Romawi.
• Kemudian setelah kejayaan dialami, banyak sistem pertanian tak sehat muncul. "Absente ownership", perbudakan, membawa kerusakan tanah yang menurunkan produktivitas. Di samping itu upeti-upeti dari negara-negara luar mengendurkan semangat berproduksi tinggi. Bangun dan jatuhnya keberuntungan politik kekaisaran Romawi sejajar dengan trend dalam pertanian. Beban untuk mendukung dan mempertahankan negara yang overexpanded meremehkan dasar-dasar pertnaian; pertanian yang kelelahan dan tidak stabil mengurangi daya pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
• Abad pertengahan. Dengan runtuhnya Romawi dan Negara Barat, kemajuan teknologi beralih ke Timur Tengah. Setelah tahun 700 M, kebudayaan Islam yang menyumbang hasil-hasil kebudayaannya kepada dunia. Kebudayaan Islam muncul dengan menyumbangkan hasil-hasil teknologi dan ilmu pengetahuannya yang jauh lebih rasional dan ilmiah dibandingkan dengan kebudayaan-kebudayaan sebelumnya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
• Memenuhi tugas mandiri
• Untuk mengetahui system pertanian berkelanjutan di masa depan.
• Member informasi kepada pembaca tentang system pertanian masa depan
1.3. Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis hanya menjelaskan tentang System Pertanian Berkelanjutan Berbasis System Pertanian Organik.
Bab II
FALSAFAH ILMU SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR, 1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumberdaya lokal digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan, dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan risiko.
Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai, dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk berperanserta dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan di masyarakat.
Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup (manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang) dan termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual masyarakat.
Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan ubahan kondisi usahatni yang berlangsung terus, misalnya, populasi yang bertambah, kebijakan, permintaan pasar, dll.
Anggap saja sistem pertanian berkelanjutan dipandang sebagai suatu paradigma ilmu. Sistem pertanian berkelanjutan sebagai paradigma ilmu membuat khalayak yang mempercayainya hendaknya (a) mengetahui apa yang harus dipelajarinya, (b) apa saja pernyataan-pernyataan yang harus diungkapkan, dan (c) kaidah-kaidah apa saja yang harus dipakai dalam menafsirkan semua jawaban atas fenomena pertanian berkelanjutan. Dalam perspektif falsafah ilmu berikutnya, suatu paradigma ilmu pada hakekatnya mengharuskan ilmuwan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan mendasar yaitu bagaimana, apa dan untuk apa.
Tiga pertanyaan di atas dirumuskan menjadi beberapa dimensi yaitu:
(a) dimensi ontologis yaitu apa sebenarnya hakikat dari sesuatu kejadian alam dan sosial ekonomi masyarakat yang dapat diketahuinya atau apa hakikat dari setiap kejadian di sektor pertanian dan sistem pertanian berkelanjutan pertanian selama ini ditinjau sebagai ilmu; mengapa terjadi kerusakan lingkungan; bagaimana hubungan degradasi tersebut dengan sistem nilai masyarakat dan sistem nilai suatu kebijakan pembangunan; bagaimana sektor pertanian di Indonesia dinilai terpinggirkan ketimbang kebijakan industri manufaktur, sehingga terjadi transformasi struktural semu; dsb,
(b) dimensi epistemologis yaitu apa sebenarnya hakikat hubungan antara pencari ilmu khususnya di bidang pertanian dengan fenomena obyek yang ditemukannya; bagaimana prosedurnya; hal-hal apa yang seharusnya diperhatikan untuk memperoleh pengetahuan tentang sistem pertanian berkelanjutan yang benar; apa kriteria benar itu; tehnik dan sarana apa untuk mendapatkan pengetahuan sistem pertanian berkelanjutan sebagai suatu ilmu,
(c) dimensi axiologis yaitu seberapa jauh peran sistem nilai dalam suatu penelitian tentang sistem pertanian berkelanjutan; untuk apa mengetahui sistem pertanian berkelanjutan; bagaimana menentukan obyek dan tehnik prosedural suatu telaahan sistem pertanian berkelanjutan dengan mempertimbangkan kaidah moral atau profesional;
(d) dimensi retorik yaitu apa bahasa yang digunakan dalam penelitian sistem pertanian berkelanjutan; bagaimana dengan bahasa yang dipakai sebagai alat berpikir dan sekaligus menjadi alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan jalan pikirannya kepada orang lain; bahasa yang dipakai seharusnya sebagai sarana ilmiah dan tentunya obyektif namun menafikan kecenderungan sifat emotif dan afektif;
(e) dimensi metodologis yaitu bagaimana cara atau metodologi yang dipakai dalam menemukan kebenaran suatu ilmu pengetahuan sistem pertanian kaitannya dengan fenomena pertanian berkelanjutan; apakah deduktif atau induktif; monodisiplin, multidisiplin dan interdisiplin; kuantitatif atau kualitatif atau kombinasi keduanya; penelitian dasar atau terapan.Berkaitan pula dengan sistem pertanian berkelanjutan, khususnya bagi yang berminat dalam kegiatan penelitian, diperlukan penerapan metodologi program penelitian.
Meminjam pendapat Imre Lakatos dalam Mohammad Muslih (2005), ada tiga elemen yang harus diketahui dalam program penelitian.
o Pertama adalah inti pokok yaitu asumsi-asumsi dasar yang menjadi ciri dari penelitian berbagai aspek yang terkait dengan sistem pertanian berkelanjutan.Kedudukannya sebagai dasar di atas elemen lain yang dicerminkan sebagai hipotesis umum dan kerangka teoretis yang bersifat umum. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah seperti mengapa dan bagaimana timbulnya masalah degradasi lingkungan dan degradasi sosial ekonomi pertanian serta bagaimana peran masyarakat dalam kerusakan lingkungan fisik dan sosial-ekonomi (eksternalitas negatif) yang kemudian dijawab sementara dalam bentuk hipotesis berdasarkan teori dan empirik.
o Kedua adalah sebagai lingkaran pelindung yang terdiri dari beberapa hipotesis awal atas terjadinya fenomena di sektor pertanian. Kedudukannya sebagai pelengkap inti pokok agar penelitian tentang pertanian mampu menerangkan dan meramalkan setiap fenomena pertanian berkelanjutan yang nyata. Disini sudah dimunculkan perlakuan bagaimana mengembangkan beragam varian yang kompleks dari suatu sistem pertanian, bagaimana memodifikasinya. Namun teori yang dipakai sebagai suatu struktur yang koheren dapat tetap terbuka untuk dikembangkan. Artinya penelitian sistem pertanian berkelanjutan tidak selalu berlangsung sekali jadi tetapi terbuka untuk penelitian lanjutan.
o Ketiga adalah serangkaian teori yaitu keterkaitan antara teori yang satu dengan teori lainnya. Penelitian tentang sistem pertanian berkelanjutan seharusnya dinilai dari serangkaian teori. Karena ciri fenomena pertanian berkelanjutan yang begitu kompleksnya maka dalam penelitian ini sudah dapat diduga teori yang digunakan meliputi antara lain teori ekonomimakro, ekonomimikro, teori ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan, teori ekonomi produksi, teori perilaku konsumen, teori kebijakan lingkungan, kebijakan pertanian, teori ekonomi ketenagakerjaan, sosiologi, antropologi, ekologi manusia, kelembagaan dsb.
Sumber: Tb Sjafri Mangkuprawira,2007, bahan kuliah Filsafat Sains Mahasiswa Doktor Program Ekonomi Pertanian IPB,Kelas Khusus.
Bab III
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS
SISTEM PERTANIAN ORGANIK
3.1. BEBERAPA ISTILAH
• Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).
• "Organic agriculture is a holistic production management system which promotes and enhances agro-ecosystem health, including biodiversity, biological cycles and soil biological activity. It emphasises the use of management practices in preference to the use of off-farm inputs (...) This is accomplished by using, where possible, agronomic, biological, and mechanical methods, as opposed to using synthetic materials, to fulfil any specific function within the system." (FAO/WHO Codex Alimentarius Commission, 1999). Pertanian organic merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.
• The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk:
(1) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai
(2) membudidayakan tanaman secara alami
(3) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian
(4) memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang
(5) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian
(6) memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, dan
(7) mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
3.2. KONSEP USAHA TANI ORGANIK
Keberhasilan pembangunan pertanian selama ini telah memberikan dukungan yang sangat tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian disadari bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahankelemahan yang perlu diperbaiki. Produksi yang tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh teknologi yang memerlukan input (masukan) bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian seperti pupuk urea, TSP/SP-36, KCl, pestisida, herbisida, dan produk-produk kimia lainnya yang berbahaya bagi kesehatan dengan dosis yang tinggi secara terus-menerus, terbukti menimbulkan banyak pencemaran yang dapat menyumbang degradasi fungsi lingkungan dan perusakan sumberdaya alam, serta penurunan daya dukung lingkungan. Adanya kesadaran akan akibat yang ditimbulkan dampak tersebut, perhatian masyarakat dunia perlahan mulai bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan. Dewasa ini masyarakat sangat peduli terhadap alam dan kesehatan, maka muncullah teknologi alternatif lain, yang dikenal dengan “pertanian organik”, “usaha tani organik”, “pertanian alami”, atau “pertanian berkelanjutan masukan rendah”. Pengertian tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip dan tujuan yang sama, yaitu untuk melukiskan sistem pertanian yang bergantung pada produk-produk organik dan alami, serta secara total tidak termasuk penggunaan bahan-bahan sintetik.
Bab IV
BEBERAPA PENDEKATAN KEGIATAN YANG MENUNJANG
PERTANIAN BERKELANJUTAN
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;
Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman.
Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama.
Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungsida sintetis.
Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun .
2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.
3. Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
Menciptakan jalur-jalur konservasi.
Menggunakan dam penahan erosi.
Melakukan penterasan.
Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain;
Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).
Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.
5. Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohonpohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan;
Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.
Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi dilahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara lain:
Pengomposan
Penggunaan kascing
Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.
8. Agroforestri (wana tani)
Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan system agroforestri ini antara lain:
• Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman
dan tanaman-tanaman tahunan.
• Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).
• Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.
9. Pemasaran
Petani dan peternak mengakui bahwa meningkatkan pemasaran merupakan suatu langkah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Adapun cara yang dapat dikembangkan antara lain:
Pemasaran langsung melalui surat permintaan, pasar petani, restoran lokal, supermarket, dan kios-kios pasar tradisional.
Menggunakan bisnis usaha kecil produk lokal sebagai bahan mentah makanan olahan.
Bab V
PROSPEK PERTANIAN ORGANIK
Di Indonesia sendiri, gaung pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu, akan tetapi pemainnya dapat dihitung dengan jari (Trubus No. 363, 2000). Kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, dimana sebagian besar saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai melirik alternatif lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik mulai digeluti dan mendapat respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di berbagai daerah. Di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten, Yogyakarta, Karanganyar, Magelang, dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor, Bandung dan Kuningan. Di Jawa Timur; Malang, serta beberapa daerah di Bali Meskipun pertanian organik ini masih sedikit diusahakan, akan tetapi pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian. Sebagai gambaran, di Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian organic diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun. Permintaan akan produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan domestik. Beberapa Negara berkembangpun mulai memanfaatkan peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke Belanda dan kentang ke Jepang. Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan harga cukup tinggi, biasanya 20 persen lebih tinggi dari produk pertanian non-organik. Keuntungan pokok pertanian organik sangat bervariasi, dalam beberapa kajian ekonomi menyatakan bahwa pertanian organik memiliki akses nyata terhadap prospek jangka panjang. Beberapa studi menunjukkan bahwa pertanian organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan pertanian konvensional. Terutama pada sistem pertanian organik melalui diversifikasi tanaman, perbedaan pola tanam dan jadwal tanam dapat mendistribusikan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktunya.
Bab VI
KENDALA
Beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan pertanian organik,
diantaranya:
• Adanya hama “transmigran” dari kebun yang nonorganik, sehingga produktivitas lahan menjadi semakin rendah.
• Akibat rendahnya produksi tidak bisa mengimbangi permintaan pasar yang ada.
• Dalam pertanian organik yang murni disyaratkan tanah relatif masih “perawan”, padahal penelitian menunjukkan bahwa tanah pertanian di Indonesia sudah jenuh fosfat.
• Pasar terbatas, karena produk organik hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.
• Kedulitan menggantungkan pasokan dari alam. Pupuk misalnya, harus mengerahkan suplai kotoran ternak dalam jumlah besar dan kontinu.
• Kehilangan hasil akibat penyakit tumbuhan rata-rata mencapai 11.8% dan karena hama mencapai 12,2 % pada berbagai tanaman penting di seluruh dunia.
• Kehilangan hasil akibat gangguan penyakit pada tanaman padi rata-rata mencapai 15,1 % dari potensi hasilnya, dengan kerugian di seluruh dunia mencapai 33 milyar USD selama 1988-1990.
Bab VII
PENUTUP
Pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif yang memberikan berbagai hal positif, yang dapat diterapkan pada usaha tani produkproduk bernilai komersial tinggi dan tidak mengurangi produksi. Untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, perlu dilakukan upaya:
• Sosialisasi pemasyarakatan mengenai pentingnya pertanian yang ramah lingkungan
• Penggalakkan konsumsi produk hasil pertanian organik.
• Diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk mendapatkan saprotan organik. Usaha tani yang berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas dan harga bersaing.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka
Tanaman, 2000. Kebijakan Perlindungan Tanaman Hortikultura Dengan Orientasi Pasar Global. Jakarta
Ecological Agriculture Projects. 1989. Sustainability Agriculture. EAP Publication – 16. Macdonald College of McGill University.
FAO Committee on Agriculture (COAG). 1999. Based on Organic agriculture. Rome on 25-26 January 1999.
Manwan Ibrahim. 1994 Strategi dan Langkah Operasional Penelitian Tanaman
Pangan Berwawasan Lingkungan Dalam Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku I.
Kebijaksanaan dan Hasil Utama Penelitian.
Puslitbang Tanaman Pangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kasumbogo Untung. 1997 Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan.
Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik. Outerbridge, P. B . 1991 Limbah Padat di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Teruo Higa. 1997. EM Technology Serving The World. Seminar Nasional Pertanian Organik. Jakarta. 3 April 1997.
Trubus No. 363. 2000. Pertanian Organik. Yayasan Tani Membangun. Jakrta
Jumat, 20 Mei 2011
sejarah pertanian
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris. Domestikasi anjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya (masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan kegiatan peternakan yang pertama kali.
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan.
Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda.
Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) serta babi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasi kucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuna (4000 tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur dan zaitun.
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan.
Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda.
Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) serta babi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasi kucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuna (4000 tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur dan zaitun.
Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.
Asal-mula pertanian
Berakhirnya zaman es sekitar 11.000 tahun sebelum Masehi (SM) menjadikan bumi lebih hangat dan mengalami musim kering yang lebih panjang. Kondisi ini menguntungkan bagi perkembangan tanaman semusim, yang dalam waktu relatif singkat memberikan hasil dan biji atau umbinya dapat disimpan. Ketersediaan biji-bijian dan polong-polongan dalam jumlah memadai memunculkan perkampungan untuk pertama kalinya, karena kegiatan perburuan dan peramuan tidak perlu dilakukan setiap saat. Contoh budaya semacam ini masih terlihat pada masyarakat yang menerapkan sistem perladangan berpindah (slash and burn) di Kalimantan dan Papua.
Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesiesbiji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin) menurut Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini adalah gandum, jelai (barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax (Linum usitatissimum).
Di daerah lain yang berjauhan lokasinya dikembangkan jenis tanaman lain sesuai keadaan topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam pengertian umum sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum dikembangkan di daerah Sahel, Afrika 5000 SM. Tanaman lokal yang berbeda mungkin telah dibudidayakan juga secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga daerah yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai membudidayakan jagung, labu, kentang, dan bunga matahari.
Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Nusantara, cenderung mengembangkan masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan peramuan karena relatif mudahnya memperoleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia yang telah mengenal pertanian ke wilayah Nusantara membawa serta teknologi budidaya padi sawah serta perladangan.
Langganan:
Postingan (Atom)